bagaimana sejarah perang salib??
IPS
sonia214
Pertanyaan
bagaimana sejarah perang salib??
1 Jawaban
-
1. Jawaban Tasyaaliyah
Pidato Paus Urbanus II cukup menggelorakan massa. Tuhan menghendakinya teriak mereka. Banyak kemudian maju ke depan mengambil Salib, sebagai sumapah untuk maju ke medan perang Salib. mereka kemudian pulang dengan semangat yang menyala-nyala untuk menyelamatakan kembali makam kudus.
Perang Salib I (1096-1099) cukup membawa hasil, karena dapat merebut kembali tanah Plestina, dan kemudian menegakkan kembali empat negeri Kristen, yakni Yerusalem, Antioch, Edessa, dan Tripoli. Para bangsawan dari Perancis, Inggris dan daerah-daerah lain yang memeng suka berpetualang, tak ketinggalan juga berangkat ke Palestina guna mendorong semangat para kerabat dan sahabat mereka yang telah lebih dahulu berada disana. Bahkan ada beberapa yang tidak pulang, karena tanah pusaka di Eropa hanya diwariskan kepada anak laki-laki tertua, sesuai dengan hukum waris yang ada. Maka anak-anak yang lebih muda berhasrat kuat untuk pergi. Dengan meninggalkan tanah kelahiran, mereka berharap dapat menemukan kesempatan baru di tanah Palestina, yang oleh Nabi Musa dilukiskan sebagai tanah yang berlimpah dengan susu dan madu.
Pada tahun 1144 Edessa berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Turki, sehingga orang-orang Kristen yang telah menetap disana tidak sanggup lagi bertahan. Hal ini bukannya melemahakn, tetapi malah meningkatkan kaum Kristen untuk menyusun upaya baru guna merebut kembali tempat-tempat suci. Raja Jerman, Conrad III, dan Raja Perancis, Louis VIII, bersama-sama menghimpun dan mengerahkan tentara untuk melancarkan Perang Salib II (1147-1149). Namun pengorganisasian kekuatan itu sedemikian buruknya sehingga tak membuahkan hasil apapun. Bhakan akhirnya, Sultan Saladin mampu menguasai kembali Yerusalem dan Acre, pos utama tentara Kristen.
Kegagalan diatas membangkitkan gelombang protes. Lalu kaisar Frederick Barbarossa dari Jerman, raja Phillip Augustus dari Perancis dan Raja Richard I dari Inggris menyusun kembali tentara gabungan guna menggempur Palestina. Namun, karena ketiga raja ini saling iri hati, Perang Salib III (1189-1192) inipun gagal.
Para pengikut Perang Salib diorganisasikan sesuai dengan pola feodalisme di Eropa Barat. Pada pucuk pimpinan kerajaan terdapat seorang raja feodal. Di bawahnya adalah para vassal, kemudian para bawahan vassal. Kerajaan dibagi dalam beberapa manorial, yang digarap oleh penduduk setempat, yang berstatus sebagai setengah budak. Para tuan tanah bertanggung jawab atas penduduk wilayah manorialnya, dan tunduk pada raja.
Di Palestina kaum Kristen dan muslim hidup berdampingan, dan secara bertahap belajar untuk saling menghormati. kebencian lama terhadap kaum muslim, yang sering diperlihatkan oleh para pendatng baru mulai pudar, ketika kaum Kristen sadar akan keunggulan budaya dan kebajikan orang-orang Saracen.
Secara bertahap para saudagar dan bangsawan Kristen menjadi makmur dan toleran. Bahkan beberapa diantara mereka sejak semula sudah mulai mengadopsi adat dan tata cara Timur yang lebih baik. Kebiasaan dan selera akan hal-hal yang mewah dan menyenangkan berkembang. Kebiasaan mandi dan mencukur jenggot menjadi hal yang lazim. Orang-orang Eropa mulai mengenali jenis buah-buahan dan sayuranbaru, dan mengabarkan hal-hal yang baru kepada para sahabt dan kerabat mereka di Barat. Dalam hal ini perang Salib merupakan sarana bagi persebaran kebudayaan Arab ke Eropa Barat (Henry s. Lucas, 1993:120)
tolong tambahkan jawaban saya sebagai yg terbaik , terimakasih dan smoga membantu